PRARANCANGAN PABRIK BIOETANOL DARI SINGKONG DENGAN PROSES FERMENTASI KAPASITAS 35.000 TON/TAHUN

  • Natalia Sihombing
  • Rizky Noor Thala'ah

Abstract

Pertumbuhan penduduk di dunia yang cukup tinggi berimbas pada peningkatan kebutuhan sarana transportasi dan akhirnya mempengaruhi jumlah kebutuhan bahan bakar. Untuk itu sumber energi alternatif yang digunakan sebagai bahan bakar adalah bioetanol. Bioetanol adalah salah satu bahan bakar alternatif yang dikenal sebagai bahan bakar ramah lingkungan dikarenakan bersih dari emisi. Kebutuhan bioetanol di Indonesia sendiri tiap tahunnya selalu mengalami kenaikan sehingga mendorong untuk dilakukannya inovasi untuk meningkatkan produksi bioetanol. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dirancang pabrik bioetanol yang direncanakan akan berdiri pada tahun 2026 dengan kapasitas 35.000 ton/tahun. Pabrik ini akan didirikan di Teladas, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung.

Pembuatan bioetanol relatif mudah, sederhana dan bahan baku nya juga mudah didapatkan. Bahan baku utama pembuatan bioetanol adalah singkong. Proses produksi yang digunakan dalam prarancangan pabrik bioetanol ini adalah proses fermentasi dengan menggunakan saccharomyces cerevisiae. Proses fermentasi dilakukan dalam kondisi anaerob selama 34 jam pada suhu 45o­­C dan tekanan 1 atm. Bioetanol yang dihasilkan dari proses fermentasi ini berkadar 8-12%. Selanjutnya, untuk tahap pemurnian bioetanol menggunakan menara distilasi serta molecular sieve dengan menggunakan zeolite sebagai unit dehidrasi untuk mencapai konsentrasi bioetanol 99,5%.

Bioetanol berbahan baku singkong diproduksi dengan kapasitas 35.000 ton/tahun dengan 330 hari kerja dalam 1 tahun dan dioperasikan mulai tahun 2026. Bentuk perusahaan berupa Perseroan Terbatas (PT) dengan sistem organisasi line dan staff. Sistem kerja karyawan berdasarkan pembagian menurut jam kerja yang terdiri dari shift dan non-shift dengan tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 151 orang. Selain itu diperoleh juga nilai Return of Investment (ROI) sebelum pajak sebesar 28,11 % dan Return of Investment (ROI) sesudah pajak sebesar 18,3 %. Pay Out Time (POT) sebelum pajak yaitu 2,624 tahun dan Pay Out Time (POT) sesudah pajak yaitu 3,537 tahun  Sehingga diperoleh Break Event Point (BEP) sebesar 47% dan Shut Down Point (SDP) sebesar 30%. Berdasarkan pertimbangan hasil evaluasi tersebut, maka pabrik bioetanol kapasitas 35.000 ton/tahun ini layak untuk didirikan.

 Kata kunci: Bioetanol, Fermentasi, Singkong, Saccharomyces cerevisiae

Published
2024-03-04