PRARANCANGAN PABRIK SODIUM SULFAT DARI SODIUM KLORIDA DAN ASAM SULFAT DENGAN PROSES MANNHEIM KAPASITAS 70.000 TON/TAHUN
Abstract
Pabrik Sodium Sulfat dibangun untuk memenuhi permintaan natrium sulfat di Indonesia 2027 mendatang. Sodium sulfat berfungsi sebagai zat pengisi pada industri deterjen, juga digunakan dalam industri kertas dan gelas. Kebutuhan akan sodium sulfat diprediksi akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang, dikarenakan tingginya indeks impor terhadap sodium sulfat.
Proses yang digunakan dalam produksi natrium sulfat yaiu dengan mereaksikan natrium klorida dan dan asam sulfat dalam furnace dengan suhu 843°C, tekanan 1 atm dan reaksi bersifat endotermis dan irreversible sehingga membentuk sodium sulfat sebagai produk utama dan asam klorida sebagai produk samping. Asam klorida dipompa menuju condensor untuk selanjutnya disimpan dalam tangki asam klorida. Natrium sulfat diumpankan ke tangka netralizer untuk bereaksi dengan kalsium hidroksida dan natrium karbonat sebelum sebelum dialirkan ke RDVF. Produk RDVF dalam bentuk sodium sulfat dikirim ke kristalizer untuk membentuk kristal kemudian ke centrifuge untuk memisahkan kristal dan larutan induk. Setelah kering, kristal natrium sulfat dikirim ke rotary dryer untuk dikeringkan, kemudian ke ball mill untuk dikecilkan ukurannya lalu dimasukkan ke dalam kemasan. Produk yang dikemas disimpan pada gudang produk. Pabrik dibangun di kawasan industri Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Pabrik ini berbentuk Persoroan Terbatas (PT) dengan total karyawan yang dibutuhkan 148 orang.
Pabrik natrium sulfat bekerja 330 hari setahun. Analisa ekonomi menunjukkan Return On Investment (ROI) setelah pajak adalah 14%. Pay Out Time (POT) setelah pajak adalah 4,6 tahun. Nilai Break Even Point (BEP) sebesar 44,1% dan Shut Down Point (SDP) sebesar 23%. Berdasarkan data analitik di atas, dapat disimpulkan bahwa pabrik natrium sulfat dengan kapasitas 70.000 ton/tahun ini layak diteliti lebih lanjut.
Kata kunci: Sodium Sulfat, Furnace, BEP, SDP.