APLIKASI DATA CITRA SATELIT LANDSAT 7 ETM+ MULTITEMPORAL UNTUK ESTIMASI PERUBAHAN LUASAN LAHAN RAWA DI KABUPATEN BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DATA APPLICATION OF LANDSAT 7 ETM + MULTITEMPORAL SATELLITE IMAGE FOR ESTIMATION OF CHANGES IN VARIOUS LAND EXTENSION IN BARITO KUALA DISTRICT PROVINCE OF KALIMANTAN SELATAN

  • Sakdiah Sakdiah Universitas Lambung Mangkurat
  • Abdur Rahman Universitas Lambung Mangkurat
  • Deddy Dharmaji Universitas Lambung Mangkurat
Keywords: Kabupaten Barito Kuala, Penginderaan Jarak Jauh, Luasan Lahan Rawa, Barito Kuala District, Remote Sensing, Swamp Land Area.

Abstract

Barito Kuala wilayahnya sebagian besar dikelilingi sungai dan rawa, yang mengandung lahan gambut. Kabupaten Barito Kuala seluas hampir tiga ribu kilometer persegi merupakan daerah pasang surut dan  sebagian besar penduduknya hidup dan tinggal di pedesaan, ekosistem rawa cenderung merusak, maka dapat menyebabkan penurunan luas lahan rawa dari waktu ke waktu. Konversi rawa dijadikan kawasan tambak, pemukiman, pertanian, industri, merupakan penyebab menurunnya luasan ekosistem rawa.  Maka jika ekosistem rawa telah rusak akan banyak dampak  berkurang yang dihasilkan dari kerusakan tersebut yang pada akhirnya akan merugikan semua populasi yang ada di daerah sekitar rawa tersebut terutama masyarakat sekitar. Dampaknya dapat mengakibatkan kekeringan, dapat mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui   lahan rawa dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2017 di Marabahan, Barito Kuala melalui interpretasi data digital citra satelit Multitemporal Landsat 7 ETM+ dan Mengetahui kondisi kualitas air di lahan rawa di Kabupaten Barito Kuala. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan citra landsat 7 ETM+ digunakan untuk megetahui luasan lahan rawa dan diuji akurasi mengunakan Koefision Kappa. Kualitas air mengunkan rumus metode storet berdasarkan KepMen LH Nomor 115 Tahun 2003. Hasil yang diperolih adalah menunjukan luasan lahan rawa pada tahun 2000 sebesar 7.188.912 dan pada tahun 2017 menjadi 6.991.942. Luasan lahan rawa di kabupaten berito kuala  berkurang sebesar 196.970 ha. Kondisi perairan di kabupaten barito kuala memiliki status mutu air dengan sekor 10 (status mutu air tercemar ringan) sampai dengan 12 (status mutu air tercemar sedang)

 

Barito Kuala is mostly surrounded by rivers and swamps. This condition causes the soil of this area to contain peatland. Barito Kuala Regency covering an area of ​​nearly three thousand square kilometers is a tidal area and most of the population lives and lives in the countryside, the current swamp ecosystem tends to be destructive, causing a decrease in the area of ​​the swamp ecosystem from time to time. Swamp conversion into ponds, industries, settlements, agriculture, is the main cause of the decline in swamp ecosystem area. In addition, if the swamp ecosystem has been damaged, there will be a lot of reduced impact resulting from the damage, which in turn will harm all populations in the area around the swamp, especially the surrounding communities. The impact can cause drought, can lead to sea water intrusion further to the mainland. Thee purrpose of this study was to determine swamp land from 2000 to 2017 in Marabahan, Barito Kuala through interpretation of digital data on Landsat 7 ETM + Multitemporal satellite imagery and to determine the condition of water quality in swamp land in Barito Kuala District. In this study, researchers used Landsat 7 ETM + images used to determine swampland area and tested for accuracy using Koefision Kappa. Water quality uses the storet method formula based on the Ministry of Environment Decree No. 115 of 2003. The results obtained are showing the swamp area in 2000 amounting to 7.188.912 and in 2017 to 6.991.942. The swamp area in Berito Kuala District was reduced by 196.970 ha. The water conditions in Barito Kuala Regency have the status of water quality with a scale of 10 (status of light polluted water quality) up to 12 (status of medium polluted water quality).

Author Biographies

Sakdiah Sakdiah, Universitas Lambung Mangkurat

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan ULM

Abdur Rahman, Universitas Lambung Mangkurat

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan ULM

Deddy Dharmaji, Universitas Lambung Mangkurat

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Kelautan ULM

References

Akhbar., 2003. Hand Out : Data Analisisa Inderaja. Universitas Tadulako, Palu.
Dulbahri. 2003. Sistem Informasi Geografis, PUSPIC, Universitas Gadjah Mada. Jogyakarta.

R.W. Kiefer dan Lillesand, T. M. 1990. Pengendraan Jauh dan Interperasi Citra. Diterjemahkan oleh Dulbari et al. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Haryono.Nursyamsi, D., dan M. Noor, 2014. Sistem Surjan, Model Pertanian Lahan Rawa Adaptif Iklim. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. IAARD Press. Jakarta.

Pemerintahan Kabupaten Barito Kuala, 2015. Profil tentang wilayah Kabupaten Barito Kuala. Marabahan

Prahasta, E. 2008. Remote Sensing: Citra Dijital Dengan Perangkat Lunak ER Mapper, Praktis Penginderaan Jauh & Pengolahan, Bandung: Infornatika.

Rahman. A. 2010. Uji Ketelitian. Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Perikanan Banjarbaru. Banjarbaru

Rahman. A. 2018. Modul Ajar_Pengolahan Citra Digital dan Aplikasinya Bekerja Dengan ENVI 4.4. Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Perikanan Banjarbaru. Banjarbaru.

Scaramuzza, 2004. Mengisi Gap Landsat dengan ENVI dan Plugin Landsat_gapfill.sav. Bandung.

Schott. 2017. Modul PCD Koreksi Radiometrik CitraI. Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional, Bandung, Indonesia.

Widjanarko. 2005. Tingkat Kesuburan Perairan. Kendari.
Vyraswana, 2013. Klasifikasi Citra Digital ENVI 4.5. Bandung.
Published
2020-12-31